BeritaTimnas Indonesia

Marc Klok Sebut Shin Tae-Yong Sebagai Diktator di Timnas Indonesia

73
×

Marc Klok Sebut Shin Tae-Yong Sebagai Diktator di Timnas Indonesia

Sebarkan artikel ini

Gelandang Timnas Indonesia, Marc Klok, secara terbuka mengungkap pengalamannya saat dilatih oleh Shin Tae Yong. Dalam wawancara dengan media Belanda, ESPN NL, Klok menyebut pelatih asal Korea Selatan tersebut memiliki gaya kepemimpinan yang otoriter dan kerap membuat para pemain merasa tidak nyaman.

“Dia [STY] benar-benar diktator dan dia merasa di atas tim,” ungkap Klok.

Klok menjelaskan bahwa kendala komunikasi menjadi salah satu akar permasalahan selama masa kepelatihan Shin Tae Yong. Pelatih yang membawa Timnas Indonesia tampil impresif di beberapa turnamen tersebut disebut hanya berkomunikasi melalui penerjemah, yang menurut Klok, menyebabkan ketegangan di dalam tim.

“Kendala bahasa menjadi masalah dengan pelatih nasional sebelumnya [STY], yang membuat banyak pemain kesal. Itu yang menyebabkan friksi,” tambahnya.

Tak hanya itu, Klok juga mengaku sempat memiliki konflik dengan Shin Tae Yong ketika mencoba berdiskusi mengenai strategi permainan. Gelandang Persib Bandung ini menilai bahwa pelatih asal Korea Selatan tersebut tidak memberikan ruang untuk masukan dari pemain.

“Saya punya konflik dengan pelatih nasional sebelumnya. Kalau Anda coba berdiskusi dengan dia, nama Anda bisa dicoret. Itu yang membuat saya keluar,” jelas Klok.

Selain itu, Klok menyoroti perbedaan budaya antara hierarki ketat ala Asia dengan budaya sepak bola Belanda yang lebih terbuka. Ia menyebut hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi para pemain diaspora Belanda yang bergabung dengan Timnas Indonesia.

“Banyak pemain asal Belanda bergabung dan bagi mereka hierarkinya sangat berbeda,” pungkas Klok.

Komentar Marc Klok ini memunculkan sorotan baru terhadap kepemimpinan Shin Tae Yong selama melatih Timnas Indonesia. Meski sukses membawa perubahan besar bagi sepak bola Indonesia, gaya kepelatihan STY rupanya tidak sepenuhnya diterima dengan baik oleh para pemain, terutama yang berlatar belakang diaspora.